Selasa, 27 Januari 2015

Revolusi Mental

         Revolusi Mental merupakan jargon yang diusung presiden terpilih Joko Widodo sejak masa kampanye Pemilu Presiden 2014. Revolusi mental artinya membangun manusianya terlebih dulu dan kemudian membangun jiwanya. Pendidikan mulai dari SD persentasenya 70-30 persen pembangunan karakter, sikap, perilaku dan budi pekerti. Menginjak ke tingkatan SMP, 60-40 karakter juga masih ada. SMA/SMK 80-20 persen, karakter.
       Terminologi "revolusi", kata Jokowi, tidak selalu berarti perang melawan penjajah. Menurut dia, kata revolusi merupakan refleksi tajam bahwa karakter bangsa harus dikembalikan pada aslinya.
Ada tiga sasaran dalam revolusi mental Jokowi yang akan diterapkan ke semua birokrasi dalam pemerintahannya.
1.  Merubah mindset cara berpikir dan cara pandang . Salah satu cara mengimpelementasinya adalah dalam public service pelayanan publik. Bahwa aparatur sipil negara sebagai representasi dari pemerintahan, hadir setiap rakyat membutuhkan mereka.
2.  Sasaran kedua adalah strukur. Struktur organisasi dalam amanat bapak Presiden harus ramping, efisien, tidak boleh gemuk, dan tidak boleh ada organisasi-organisasi dalam pemerintahan yang menduplikasi fungsi. Jika ada duplikasi fungsi, maka harus segera digabungkan karena tidak mungkin merampingkan struktur sekaligus menghilangkannya, tetapi dengan perampingan struktur tata kelola akan lebih sehat.
3. Sasaran ketiga adalah kultur dan budaya. Budaya kerja yang lebih disiplin, bertanggung jawab, mengedepankan kebersamaan dan gotong royong,"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar