Rabu, 26 November 2014

Aliran Filsafat Eksistensialisme


Aliran Filsafat Eksistensialisme
Dalam dunia ini pasti akan muncul banyak pertanyaan tentang alam semesta baik tentang siapakah yang menciptakan alam semesta ini sampai bagaimana alam semesta ini dapat terbentuk. Apakah manusia berada karena didahului oleh eksistensi atau esensi? Manusia adalah makhluk berfikir, ia tahu bahwa ia berfikir. Jadi tidaklah semuanya manusia itu filsuf. Oleh karena itu, sejak zaman dahulu banyak para pemikir yang berusaha memecahkannya sehingga lahirlah filsafat. Kata filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu Philosophia yang terdiri dari kata philos yang berarti cinta dan Sophia yang ebrarti kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan. Jadi, filsafat berarti cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada pengetahuan. Akan tetapi, pengertian dari segi bahasa ini belum cukup menjelaskan tentang filsafat. Berfilsafat adalah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan mengunakan pemikiran secara serius. Berfilsafat semata-mata berarti bahwa orang mengupas kalimat-kalimat yang membayangkan arti yang lebih tinggi daripada arti dalam ilmu, sebagai kalimat – kalimat yang palsu. Jadi, dapat diartikan bahwa filsafat adalah cara berpikir kritis untuk menemukan tentang segala sesuatu. 
Menurut ED Miller dalam bukunya Questions That Matter (1984), filsafat didefinisikan sebagai usaha untuk berfikir secara rasional dan kritis terhadap hal – hal yang penting. Sehubungan ini, filsafat pendidikan dapat diartikan sebagai satu usaha berfikir yang rasional dan kritis terhadap hal yang penting mengenai pendidikan. Masyarakat dari dulu hingga sekarang, memiliki kepentingan dalam bidang pendidikan. Filsafat pendidikan secara mendasar berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat menemukan berbagai pemecahan permasalahan pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, begitu kompleks permasalahan yang muncul dan harus dipecahkan dengan maksud agar tercapainya tujuan pendidikan. Karenanya, hal tersebut memunculkan timbulnya filsafat pendidikan dimana di dalamnya terbagi-bagi lagi menjadi berbagai macam aliran. Salah satunya, adalah aliran pendidikan filsafat eksistensialisme.
Eksistensialisme berasal dari pemikiran Soren Kier Kegard (Denmark:1813-1855) yang merupakan bagian filsafat dan akar metodologinya berasal dari metodologi fenomenologi yang dikembangkan oleh hussel. Inti masalahnya ialah: Apa itu kehidupan manusia? Apa tujuan dari kegiatan manusia? Bagaimana kita menyatakan keberadaban manusia? Pokok pemikirannya dicurahkan kepada pemecahan yang konkret terhadap persoalan arti “berada” mengenai manusia. Tokoh-tokoh lainnya yang kita kenal diantaranya: Martin Buber, Martin Heideger, Jean Paul Satre, Karl Jasper, Gabril Marcell, Paul Tillich.
Eksistensialisme adalah aliran yang cenderung memandang manusia sebagai objek hidup yang memiliki taraf yang tinggi, dan keberadaan dari manusia ditentukan dengan dirinya sendiri bukan melalui rekan atau kerabatnya, serta berpandangan bahwa manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang dapat eksis dengan apapun disekelilingnya karena manusia disini dikaruniai sebuah organ urgen yang tidak dimiliki oleh mahluk hidup lainnya sehingga pada akhirnya mereka dapat menempatkan dirinya sesuai dengan keadaan dan selalu eksis dalam setiap hidupnya dengan organ yang luar biasa hebat tersebut.
Eksistensialisme  menjadi salah satu ciri pemikiran filsafat abad XX yang sangat mendambakan adanya otonomi dan  kebebasan manusia yang sangat besar untuk mengaktualisasikan dirinya. Dari perspektif eksistensialisme, pendidikan sejatinya adalah upaya pembebasan manusia dari belenggu-belenggu yang mengungkungnya sehingga terwujudlah eksistensi manusia ke arah yang lebih humanis dan beradab.
Eksistensialisme memfokuskan pembahasan pada masalah-masalah individu. Dimana, eksistensialisme memberi individu suatu jalan berpikir mengenai kehidupan, apa maknanya bagi seseorang, apa yang benar untuk seseorang. Secara umum, eksistensialisme menekankan pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia, dan tindakan konkret dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakikat manusia atau realitas. Namun, fisafat ini tidak membahas hal yang berhubungan dengan pengembangan sistem pemikiran untuk mengidentifikasi dan memahami apa yang umum pada semua realitas, keberadaan manusia, dan nilai. Eksistensialisme juga merupakan suatu reaksi terhadap materialisme dan idealisme. Pendapat materialisme terhadap manusia adalah manusia merupakan benda dunia, manusia adalah materi, dan manusia adalah sesuatu yang ada tanpa menjadi subyek. Sedangkan pandangan manusia menurut idealisme manusia hanya sebagai subyek atau hanya sebagai suatu kesadaran. Eksistensialisme beryakinan bahwa paparan manusia harus dipangkalkan eksistensi, sehingga aliran eksistensialisme penuh dengan lukisan-lukisan yang kongrit. Individualisme adalah pilar sentral dari eksistensialisme. Kaum eksistensialis tidak mengakui sesuatu itu sebagai bagian dari tujuan alam ini. Hanya manusia, yang individual yang mempunyai tujuan.       
Ada beberapa pemikiran yang sangat menonjol dikalangan eksistensialisme. Antara lain:
1.       Realitas
 Menurut eksistensialitas, ada dua jenis filsafat tradisional yaitu filsafat spekulatif dan skeptis. Filsafat spekulatif menjelaskan  tentang hal-hal yang fundamental tentang pengalaman, dengan berpangkal pada realitas yang lebih dalam yang secara inheren telah ada dalam diri individu. Filsafat skeptik berpandangan bahwa semua pengalaman manusia adalah palsu, tidak ada satupun yang dapat kita kenal dari realitas. Mereka berpendapat bahwa konsep metafisika adalah bersifat sementara.
Paham ekistensialisme bukan hanya satu, melainkan terdiri dari berbagai pandangan yang berbeda-beda. Namun, pandangan-pandangan tersebut memiliki beberapa persamaan, sehingga pandangan-pandangan mereka dapat digolongkan filsafat eksistensialisme. Persamaan-persamaan tersebut antara lain :
  • Motif pokok dari filsafat eksistensialisme ialah cara manusia berada, hanya manusialah yang pereksistensi.
  • Bereksistensi harus diartikan secara dinamis, bereksistensi berarti menciptakan dirinya secara aktif, berbuat, menjadi dan memecahkan. 
  • Eksistensialisme memberi tekanan pada pengalaman konkrit, pengalaman yang eksistensial (Harun Hadiwijono:1980:14).
2.      Pengetahuan
Teori pengetahuan eksistensialisme banyak dipengaruhi oleh filsafat fenomologi,suatu pandangan yang mengambarkan penampakan benda-benda dan peristiwa-peristiwa sebagaimana banda-benda tersebut menampakkan dirinya terhadap kesadaran manusia. Pengetahuan manusia tergantung pada pemahamannya tentang realitas, tergantung pada interpretasi manusia terhadap realitas. Pengetahuan yang diberikan disekolah bukanlah sebagai alat untuk memperoleh pekerjaan atau karir anak, melainkan dapat dijadikan alat perkembangan dan alat pemenuhan diri (Usiono:2006:137).
3.      Nilai
Pemahaman eksistensi terhadap nilai, menekankan kebebasan dalam bertindak. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita, melainkan suatu potensi untuk suatu tindakan. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, namun untuk menentukan pilhan yang terbaik itu yang paling sulit. Berbuat akan menghasilkan akibat, dimana seseorang kan menerima akibat dari perbuatannya
4.      Pendidikan
Secara relatif, eksistensialisme tidak begitu dikenal dalam dunia pendidikan, tidak menampakkan pengaruh yang besar pada sekolah. Sebaliknya, penganut eksistensialisme kebingungan dengan apa yang akan mereka temukan melalui pembangunan pendidikan.  Mereka menilai bahwa tidak ada yang disebut pendidikan, tetapi bentuk propaganda untuk memikat orang lain. Mereka juga menunjukkan bahwa bagaimana pendidikan memunculkan bahaya yang nyata, sejak penyiapan murid sebagai konsumen atau menjadikan mereka penggerak mesin pada teknologi industri dan birokrasi modern. Malahan sebaliknya pendidikan tidak membantu membentuk kepribadian dan kreativitas, sehingga para eksistensialis mengatakan sebagian besar sekolah  melemahkan dan mengganggu atribut-atribut esensi kemanusiaan.
Mereka mengkritik kecenderungan masyarakat masa kini dan praktik pendidikan bahwa ada pembatasan realisasi diri karena ada tekanan sosio-ekonomi yang membuat persekolahan hanya menjadi pembelajaran peran tertentu. Sekolah menentukan peran untuk kesuksesan ekonomi seperti memperoleh pekerjaan dengan gaji yang tinggi dan menaiki tangga menuju ke kalangan ekonomi kelas atas; sekolah juga menentukan tujuan untuk menjadi warga negara yang baik, juga menentukan apa yang menjadi kesuksesan sosial di masyarakat. Siswa diharapkan untuk belajar peran-peran ini dan berperan dengan baik pula.
Eksistensialisme sangat berhubungan dengan pendidikan karena pusat pembicaraan eksistensialisme adalah keberadaan manusia sedangkan pendidikan hanya dilakukan oleh manusia. Menurut Callahan, filsafat pendidikan Eksistensialisme berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas. Akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan komitmennya sendiri.
Pandangan tentang pendidikan, disimpulkan oleh Van Cleve Morris dalam Existensialisme and Education, bahwa "Eksistensialisme tidak menghendaki adanya aturan-aturan pendidikan dalam segala bentuk" oleh sebab itu eksistensialisme dalam hat ini menolak bentuk-bentuk pendidikan sebagaimana yang ada sekarang.
Menurut eksistensialisme, pengetahuan kita tergantung kepada interprestasi tentang realitas. Pengetahuan yang diberikan di sekolah bukan merupakan alat untuk memperoleh karier anak, melainkan pengetahuan itu dapat dijadikan alat perkembangan dan alat pemenuhan diri. Ini merupakan teori pengetahuan dan kebenaran eksistensialisme yang dikemukakan oleh Kneller.
Aliran eksistensialisme memandang pendidikan mengutamakan perorangan/ individu,  memandang individu dalam keadaan tunggal selama hidupnya, percaya akan kemampuan ilmu untuk memecahkan semua persoalannya, membatasi murid-murinya dengan buku-buku yang ditetapkan saja, tidak menghendaki adanya aturan-aturan pendidikan dalam segala bentuk.
Eksistensialisme menjadi tonggak penting perkembangan pendidikan. Manusia adalah subjek bagi kehidupan, maka tidak boleh direduksi menjadi sekrup dalam mesin ilmu pengetahuan dan teknologi. Eksistensialisme memberikan pencerahan bahwa pendidikan tidak semestinya membelenggu manusia. Menurut Fasli Jalal dan Dedi Supriadi bahwa hal yang ada kesejalanan dengan acuan filosofis strategi Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional perlu memiliki karakteristik yang (a) mampu mengembangkan kreativitas, kebudayaan dan peradaban; (b) mendukung dimenasi nilai keunggulan; (c) mengembangkan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan dan keagaman; (d) mengembangkan secara berkelanjutan kinerja kreatif dan produktif yang koheren dengan nilai-nilai moral. Inti dari ajaran aliran filsafat ini adalah respek terhadap individu yang unik pada setiap orang. Eksistensi mendahului essensi kita masing-masing. Kaum eksistensi menolak filsafat-filsafat tradisional dan menolak eksistensi keberadaan ihwal metafisika, epistimologi, dan etika. Setiap individu menentukan untuk dirinya sendiri apa itu benar, salah, indah, jelek. Pendidikan seyogyanya menekankan refleksi personal yang mendalam terhadap komitmen dan pilihan sendiri. Manusia adalah essensi dirinya. Kaum eksistensialisme menganjurkan bahwa pendidikan sebagai cars membentuk manusia secara utuh, bukan hanya sebagai pembangun nalar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar